Dalam Al-Quran Surah An-Nisaa’ pada ayat ke-147 yang bunyi ayatnya:
مَّا يَفْعَلُ ٱللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ وَءَامَنتُمْ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا
Artinya: "Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui."
Dan juga dalam Al-Hadits, bahwasanya Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda:
اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.
Artinya: “Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian itu lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu.” (HR Bukhari dan Muslim).
Apa maknanya? Maknanya sebagai umat muslim haruslah kita pandai-pandai bersyukur terhadap nikmat yang sudah Allah berikan, termasuk nikmat iman dan Islam; nikmat lahir dan batin, yang mana sudah sepantasnya semua itu untuk disyukuri supaya Allah tidak mendatangkan siksa-Nya. Jangan sampai mendatangkan murka Allah yang pedih. Jangan sampai pula Allah menanamkan akhlak mazmumah, seperti dengki, takabur, ujub, dan lain sebagainya kepada diri kita. Na’uudzubillaah tsumma na’uudzubillaahi min dzaalik.
Lalu, bagaimana agar hati, lisan, dan perbuatan kita selalu dapat konsisten dan banyak mensyukuri nikmat-nikmat Allah? Tentunya harus selalu berusaha membentuk dan menguatkan serta membiasakan dengan teladan yang baik, bahwasanya dalam kehidupan yang fana ini kita perlulah banyak-banyak memandang dan mengambil hikmah dari orang yang bisa dikatakan dalam kondisi maupun latar belakang hidupnya mungkin jauh lebih sulit, tidak layak, tidak memadai, dan bahkan lebih sengsara daripada kita. Maka dari itu, banyak-banyak pula lah kita bisa pergi dengan tujuan mengunjungi dan bersilaturrahim ke panti asuhan, panti jompo, penampungan orang yang terlantar, dan semisalnya. Agar apa semua itu diupayakan? Tentu saja agar diri kita mengetahui dan melek pemahaman, bahwasanya masih banyak orang-orang yang kondisi hidupnya lebih sulit dan lebih nestapa daripada kita, sehingga dengan yang demikian itu in syaa Allah diri kita dapat lebih meningkatkan dan menguatkan kebersyukuran atas nikmat-nikmat yang telah Allah berikan dan limpahkan. Serta agar kita bisa lebih bersyukur pula dengan kondisi hidup yang sudah dirasa berkecukupan, gayeng, dan adem-ayem.
Allaahu a’lam.
Fastabiqul khoirot.
Alhamdulillaahiladzii bini’matihii tattimush shoolihaat.
Form Komentar