Tinjauan Aksi Begal: Faktor Rabun Pertimbangan Kemanusiaan dan Krisis Ekonomi Kerakyatan yang Marak
Penyimpangan kemanusiaan, begal, sudah menjadi momok kriminalitas sosial yang sangat meresahkan bagi masyarakat, Tak ayal, alih-alih begal ini menyengsarakan dan memprihatinkan masyarakat, begal juga merupakan bentuk responsi kriminal atas krisis ekonomi. Penggembosan hukum juga turut menjadi perhatian khusus dalam tindak kejahatan dan kriminalitas sosial-masyarakat. Realitasnya, begal menyasar siapapun orang yang dianggap cocok untuk dibegal oleh pelaku begal. Dalam perspektif masyarakat, tentu begal sudah merupakan sesuatu yang tak asing didengar belakangan ini. Apakah begal itu sendiri termasuk sebuah isu ataukah fakta sosial. Namun, secara kenyataan, istilah begal kini kian memanas dan nyaris kerap kali terjadi dalam berlangsungnya aktivitas, baik secara tiba-tiba maupun terorganisasi. Tak jarang, begal memang sebegitu disinyalisasi sebagai marabahaya dan merugikan korbannya.
Alih-alih merampok korban, bahkan hingga meregang nyawa bagi korban. Korban pembegalan tidak hanya kehilangan barang kepemilikannya, akan tetapi juga mengalami luka fisik, psikologis dan ada juga yang sampai kehilangan nyawanya. Begal mengakibatkan trauma yang mendalam bagi sang korban dikarenakan korban mengalami suatu kejadian yang tanpa sengaja dan ditambah lagi dengan kekerasan yang menimpanya.
Begal muncul dikarenakan krisis moralitas dalam level yang mengkhawatirkan, sehingga melalui jalan pintas seseorang ingin mendapatkan keinginannya melalui tindak kekerasan yang sangat merugikan masyarakat. Kasus ini menggambarkan bagaimana kondisi mental manusia yang sedang ‘sakit’. Mungkin berlebihan jika dikatakan demikian, tetapi bisa jadi perbuatan tersebut merupakan keluaran dari sikap tidak peduli dengan lingkungan, tidak peduli dengan orang lain, hilangnya sopan-santun, jauh dari agama, dan segala sifat ‘tidak baik’ lainnya yang sudah sangat akut. Pendek kata, orang tersebut sedang mengalami krisis moralitas.
Faktor penyebab krisisnya moral itu sendiri dapat ditinjau dari faktor internal maupun eksternal. Keluarga merupakan faktor internal di mana keluarga mempunyai fungsi sebagai pengawas sosial, keluarga memberi pengertian kepada semua anggota keluarga tentang peranannya, baik di dalam maupun di luar rumah atau dalam masyarakat. Namun, melihat perkembangan zaman sekarang banyak orang tua yang lebih mengedepankan kepentingan pekerjaan daripada kepentingan anak, sehingga banyak remaja yang kurang perhatian dan merasa bebas mengatur jalan hidupnya sendiri. Orang tua mengedepankan kepentingan pekerjaan daripada kepentingan anaknya karena orang tua sudah memberi kepercayaan kepada anaknya dan mereka sudah menganggap kalau anaknya sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Selanjutnya yaitu faktor eksternal di mana lingkungan tempat tinggal sangat berpengaruh dalam perkembangan moral seseorang. Tempat tinggal merupakan tempat bergaul yang nyata. Pergaulan juga merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya krisis moral seseorang. Seseorang yang bergaul dengan teman-teman yang berperilaku buruk, maka dia juga akan terseret ke dalamnya.
Selain dikarenakan krisis moral, begal juga muncul akibat dari lemahnya ekonomi rakyat Indonesia dan semakin banyaknya pengangguran. Maka peran pemerintah sangat diperlukan dalam memecahkan masalah ini. Jumlah lapangan pekerjaan yang telah disediakan oleh pemerintah tentu tak sebanding dengan cepatnya laju pertumbuhan penduduk, sehingga lapangan pekerjaan tidak cukup untuk menampung mereka. Sehingga demi mencukupi kebutuhan sehari-harinya, meraka melakukan aksi begal tersebut.
Form Komentar